Begitu hati terasa pilu, seperti sahaja sesaknya nafas di tempat yang tinggi.
Namun pada raut wajahmu tidak ada tafsirannya. Engkau bersesak berhimpit. Mahupun berlapang bergolek. Engkau tetap sama. Hatimu sebegitu jua.
Begitu itu suatu yang amat dikagumi. Benarmu itu kibaran qudwah yang kita laungkan. Kita ini kader yang bergerak, terasa cukup jauh untuk mendekatimu.
Apatah lagi untuk benar-benar berada di tempat mu.
Tiba-tiba sayu dan sedih. Itu mungkin juga reaksi asasi kita pada sebencana mungkin ujian Allah.
Sekadar cebisan dan kata-kata untuk kita semai jauh dilubuk hati.
Sabar itu yang menjadikan kita kuat. Ia ubat terbaik dalam mengharungi sekalian mehnah dan ujian dari Allah.
Maka Allah ingin sekali menguji.
Siapa dalam kalangan hambaNya yang masih mampu tersenyum dan bersabar;
Atau siapa yang bermuram dan melontar amarah pada ujian sebegini.
Lihatlah pada keredhaan Allah.
Segenap yang kita lakukan maka harapkanlah keredhaan Allah.
Mardhotillah itu adalah kunci kepada segenap matlamat.
Maka dalam segenap ujian - kita perlu redha dan sabar.
Sesungguhnya besarnya ganjaran itu dinilai pada besarnya bala yang menimpa. Dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberikan dugaan. Oleh sebab itu, barangsiapa yang redha dengan ujian yang menimpanya, maka dia beroleh keredhaan Allah. Dan barangsiapa yang tidak, maka padanya kemurkaan Allah
[Daripada Anas Bin Malik, HR at-Tirmidzi, Hasan oleh Al-Albani]
Usah kita melayan kesedihan kita pada ujian dan dugaan ini. Kerna walau sedikit rasa kecewa, itulah rasa tidak redha kita padanya.
Maka setiap kekecewaan itu, bersamanya ada kemurkaan Allah untuk kita.
Astaghfirullah.
Benarlah, kesabaran itu adalah pukulan yang pertama [Muslim]
Ya, sabar itu bukanlah tindakan terakhir dalam setiap perbuatan kita. Tapi ia terletak yang paling di hadapan, yang paling didahulukan.
Ampuni ya Allah. Bimbingi kami ke arah kesabaran itu.
Ahmad Ramdan Zainordin
29 Mei 2011, 8.54pm
Volgograd, Russia.
0 Comments:
Post a Comment