Thursday, November 17, 2011

Siapa Pemimpin?


Siapa yang kita mahu untuk dijadikan pemimpin?
Mungkinkah pemimpin idola semacam ini?



Atau bagi kita, siapa pemimpin itu tidak penting.
Yang penting pemimpin itu tahu buat kerja..!

Ada benarnya apa yang kita fikirkan itu. Tetapi lagi pasti kebenarannya kalau akal kita itu bersandarkan pada apa yang digariskan al-Quran dan sunnah. 

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (An Nisaa 4:138-139).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaan yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim ” ( Al-Quran, Al Maidah:51)

“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (Al Quran, At Taubah:23)

“Hai orang2 yang beriman! Janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (Al-Quran, An Nisaa:144)

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Al-Quran, Ali Imran:28)

Pemimpin itu Daie!
“Barang siapa melihat kemungkaran, maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaknya merubah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan yang demikian itulah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim)
Seorang daie tidak membawa ummat ke arah jahiliyyah, malah tegas dalam membanteras jahiliyyah itu hingga ke akar umbi.
Imam Ibnu Katsir menukil satu hadith yang berbunyi :
“Barangsiapa menyeru dengan seruan-seruan jahiliyah maka sesungguhnya dia menyeru ke pintu jahanam.” Berkata seseorang : “Ya Rasulullah, walaupun dia puasa dan shalat?” “Ya, walaupun dia puasa dan shalat, walaupun dia mengaku Muslim. Maka menyerulah kalian dengan seruan yang Allah telah memberikan nama atas kalian, yaitu : Al Muslimin, Al Mukminin, Hamba-Hamba Allah.” (HR. Imam Ahmad)


Pemimpin harus jujur!
Dari Ma’qil ra. Berkata: Saya akan menceritakan kepada engkau hadith yang saya dengar dari Rasulullah saw. Dan saya telah mendengar baginda bersabda: “Seseorang yang telah ditugaskan Tuhan untuk memerintah rakyat, kalau ia tidak memimpin rakyat dengan jujur, niscaya dia tidak akan memperoleh bau Syurga”. (HR. Bukhari)


Jadilah pemimpin yang adil!
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: 
“Ada tujuh golongan manusia yang kelak akan memperoleh naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya, (mereka itu ialah):
1. Imam/pemimpin yang adil;
2. Pemuda yang terus-menerus hidup dalam beribadah kepada Allah;
3. Seorang yang hatinya tertambat di masjid-masjid;
4. Dua orang yang bercinta-cintaan karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah pun karena Allah;
5. Seorang pria yang diajak (berbuat serong) oleh seorang wanita kaya dan cantik, lalu ia menjawab “sesungguhnya aku takut kepada Allah”;
6. Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasia, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya;
7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (dzikrullâh) di waktu sendirian, hingga melelehkan air matanya.
(HR. Bukhari dan Muslim)

“Hai orang-orang yang beriman! Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana itu lebih dekat dengan taqwa…” (Al Quran, Al-Maidah: 8) 


Ahmad Ramdan Zainordin
17 November 2011, 1.52PM
Volgograd, Rusia

Saturday, November 12, 2011

Berilmu Tanpa Berakhlaq

Kes 1 :

Ada seorang pelajar baru memasuki kuliah ilmu, lalu belajarlah ia dua, tiga hadith dari gurunya. Kemudian dia sudah menghafaz sedikit sebanyak ayat al Quran. Gurunya itulah satu-satunya yang dijadikan sumber rujukan. Segala-galanya yang betul datangnya dari gurunya. Pasti tiada salah. Lalu ia mula bermain dengan persoalan hukum. Sebab dirasanya diri sudah cukup ilmu untuk berfatwa. Mana-mana yang tidak berkenan atau bercanggah dengan pendapatnya dia mengatakan itu adalah sesat barat.

Sehinggakan habis dihukum ulamak yang muktabar, mujtahid adalah tersilap pandangan mereka. Dengan memberi alasan yang dirasanya paling kukuh - ulamak tidak maksum, berhujjah mestilah mengikut dalil yang paling sahih dan terkuat.

Malangnya - yang betul baginya adalah ulamak yang ia ikut, tetapi ulamak yang lain pasti salah. Pasti salah hadithnya, dan berkemungkinan aqidah ulamak itu terkeluar dari ahlu sunnah wal jama'ah. Manakala dalil yang terkuat baginya - juga sebenarnya adalah dari apa yang ia dapat sendiri dari kitab yang ia baca. Tentunya dalil itu juga dari ulamak yang ia taksubkan.

Bermulalah era baru yang dizikirkan di bibirnya adalah - itu haram, ini bid'ah, engkau sesat!



Kes 2 :

Seorang murid, sudah diajar akhlaq oleh gurunya. Tentang adab percakapan, adab menuntut ilmu. Adab berhadapan dengan guru. Entah di mana silapnya, tetap sahaja murid itu lancang mulutnya bila berbual dengan gurunya. Tidak ada perasaan hormat. Bengkeng, bidas, dan sebagainya untuk menunjukkan dirinya yang jahil itu adalah benar.





Tahu dan Faham

Zaman ini ada golongan pelajar yang bersemangat belajar ilmu hanya untuk tahu. Tetapi ia lupa - pengeTAHUan yang ia ada hanya sedikit. Akhirnya TAHUnya itu menjadikan ia merasa hebat. Menjadikan dirinya terasa betul. Ia tenggelam dalam TAHU tapi JAHIL akhlaq.

TAHU sahaja tidak cukup tanpa kefahaman. Orang yang hanya tahu gula itu manis, tidak sama dengan orang yang sudah merasai kemanisan gula apatah lagi dimana ia perlu digunakan kemanisan gula tersebut.

ALlah dan RasulNya mengajar kita agar mempunyai akhlak yang baik sesama manusia, samada dari segi pertuturan, perbuatan, bahkan dalam hati sendiri. Apatah lagi dengan sesama saudara Islam. Bukankah RasuluLLah diutuskan untuk menyempurnakan akhlaq, bahkan akhlaq RasuluLLah itu sendiri adalah al Quran?

Kita diajar untuk beradab kepada guru-guru, ustaz-ustazah, alim ulama kerana keutamaan mereka.



قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ‌ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ 



Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna.
(Az Zumar :9)

Bahkan di dalam urusan solat jemaah sekalipun, diutamakan adalah orang yang lebih yang mahir bacaannya di dalam al Quran.Telah dicontohkan oleh RasuluLLah di dalam peperangan Uhud, sahabat yang lebih banyak mengambil al Quran didahulukan untuk dimasukkan ke dalam liang kubur.

Dari Jabir r.a :
Sesungguhnya Nabi SallaLLahu 'alaihi wasallam telah menghimpunkan antara dua orang lelaki dari mereka-mereka yang terbunuh di dalam peperangan Uhud iaitu di kubur, kemudian baginda bersabda :"Yang manakah dari keduanya yang lebih banyak mengambil al Quran?". Apabila ditunjukkan kepada salah seorang dari keduanya, baginda mendahulukan (orang yang tersebut) ke dalam liang lahad. (Riwayat Bukhari)

 Hakikat Ilmu Yang Kita Ada

Adab sebagai pelajar, jika ilmu masih sedikit (hakikatnya ilmu manusia tiada yang banyak melainkan ALLah yang Empunya Ilmu), masih bertatih tahulah berakhlaq. Sedangkan para ulamak yang faqih, berkelana di bumi ALLah untuk mencari ribuan guru, bahkan menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan hingga kini amat menjaga akhlaq sesama guru dan ulama yang lain. Sehinggakan sifat yang tercerna dari diri mereka menjadi ikutan bagi ulama yang takutkan ALLah.


إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُور


Sebenarnya yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Pengampun.
(Al Fatir : 28)


Oleh itu wahai pelajar, jika para ulama yang hebat ilmunya itu sendiri amat menjaga tutur katanya, tidak bermudah-mudah berhukum dengan apa yang tidak mereka ketahui. Mengapa kita sendiri yang amat sedikit ilmu tidak belajar untuk merendahkan diri?. Adakah akhlaq itu tidak termasuk di dalam halal dan haram di dalam perhubungan sesama manusia? Sudah bolehkah kita berlaku sombong dengan ilmu yang sedikit sedangkan kita lupa ilmu yang kita ada juga boleh ditarik pada bila-bila masa?.

Ilmu tanpa akhlaq menunjukkan kita sendiri menghina ilmu yang diberi oleh ALlah.

Sunday, October 23, 2011

Seputik Kata Minda



'Wahai Ikhwan, perlengkapkanlah dirimu dengan tarbiyyah yang sahih dan pengalaman serta ujian yang terperinci. Ujilah para bakal pejuang dengan amal yang kuat dan banyak, yang tidak disukai oleh mereka, yang membebankan mereka dan pisahkanlah mereka dengan hawa nafsu dan kebiasaan mereka agar mereka tahu apa itu hakikat perjuangan di atas jalan ini...'

[As Syahid Imam Hasan Al Banna]



Sesungguhnya, tarbiyyah itu bukanlah segalanya.
Tetapi tanpa tarbiyyah, segala-galanya adalah sia-sia.

Thursday, October 20, 2011

Menanti Awal Dzulhijjah

Selang lapan hari lagi, kita akan memasuki bulan Dzulhijjah. InshaAllah.

Dan dari negara umat Islam di seluruh dunia, kini berbondong-bondong jemaah Haji berlepas ke tanah suci. Musim haji seakan episod penyatuan ummat Islam, tanpa mengira asal bangsa dan keturunan, serta pangkat dan kedudukan.



Kita mungkin sedari bulan Ramadhan sebagai bulan pesta ibadah, namun sewajarnya juga, perlu untuk kita tahu tentang bulan Dzulhijjah dan keutamaan pada 10 hari di awalnya.

Di dalam Al-Quran, surah Al-Fajr ayat 1-2, Allah swt telah bersumpah dengan malam-malam sepuluh terawal dalam bulan ini.


                                                                                                                              Demi fajar

                                                                                                     Demi malam yang sepuluh

Saya ingin memetik sepotong hadith dari Ibnu Abbas r.a, diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam sahihnya, yang bermaksud:

'Tidak ada amal yang lebih di cintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Dzulhijjah)'. Mereka bertanya, 'Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?'. Baginda menjawab : 'Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun'.

Sebuah hadith daripada Umar r.a, diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, yang bermaksud:

'Tidak ada hari yang paling agung dan amat di cintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya, daripada 10 hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyakkanlah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid.'

Hari-hari terawal di bulan Dzulhijjah ini adalah hari-hari yang cukup istimewa. Padanya adalah waktu-waktu emas bagi jemaah Haji dalam proses ibadah mereka.

Sedangkan kita hanya lebih cenderung untuk merayakan Eidul Adha pada 10 Dzulhijjah dan terlepas pandang tentang keutamaan hari-hari sebelumnya, yakni bermula 1 hingga 9 Dzulhijjah.

Dalil yang disertakan disini sudah cukup rajih untuk membuktikan keutamaan hari-hari tersebut.

Kita dianjurkan untuk meningkatkan amal ibadah dan berpuasa pada hari-hari ini.

Dan tiada sangsi lagi, puasa adalah amalan yang paling utama dan dipilih oleh Allah untuk diriNya. Disebutkan dalam hadith Qudsi, yang bermaksud:

'Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumannya semata-mata kerana Aku'

Kemuncak kepada hari-hari di awal bulan Dzulhijjah ini adalah hari Arafah, yakni ke-9 Dzulhijjah.

Sebuah hadith daripada Abu Qatadah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bermaksud:

'Berpuasa pada hari Arafah kerana mengharapkan pahala dari Allah akan meleburkan dosa-dosanya setahun sebelum dan sesudahnya'

Berpuasa pada hari Arafah ini dianjurkan kepada mereka yang tidak mengerjakan haji, sedangkan mereka yang sedang mengerjakannya di tegah daripada berpuasa pada hari Arafah. Kenyataan ini berdalilkan hadith daripada Abu Hurairah r.a, diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam Ahmad dan Ibnu Majah, yang bermaksud:

'Sesungguhnya Nabi s.a.w menegah dari berpuasa pada hari Arafah bagi jemaah haji yang berada di Arafah'


Ayuh kalian, kita kutip peluang keemasan di hari-hari 10 terawal bulan Dzulhijjah ini dengan semaksima mungkin.

Sekiranya kita hanya suka meraikan hari-hari Tahun Baru dan pesta-pesta perayaan yang lain, apa salahnya untuk kita pungut mutiara-mutiara yang Allah kurniakan kepada hamba-hambaNya demi sebuah nikmat yang lebih besar dari keseronokan dunia. 

Kembali kepada fitrah. Leburkan jahiliyyah dengan syahadahmu!


Ahmad Ramdan Zainordin
20 October 2011, 3.42pm
Volgograd, Russia.

Thursday, October 13, 2011

Wahyu atau Hawa Nafsu?

'Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah..."
(Sad 38:26)


'Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)'
(an-Naziat 79:37-39)



'Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya Syurgalah tempat tinggal (nya)'
(an-Naziat 79:40-41)



'Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)'
(an-Najm 53:3-4)


Allah membatasi urusan pada 2 hal sahaja, iaitu wahyu atau syariat, dan kedua adalah hawa nafsu.

Tidak ada yang ketiga.

Jika demikian persoalannya, maka wahyu dan hawa nafsu itu adalah 2 hal yang bertentangan. Apabila sudah jelas suatu kebenaran pada wahyu, maka hawa nafsu adalah kontranya.

Kerana itu, mengikuti hawa nafsu bererti menentang syariat.

'Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya...'
(al-Jatsiyah 45;23)

'Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya...'
(al-Mukminin 23:71)


'Merekalah itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka'
(Muhammad 47:16)

'Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?'
(Muhammad 47:14)


Renungkanlah. Setiap tempat dimana Allah menyebut hawa nafsu, maka penyebutan itu adalah untuk mencela hawa nafsu itu dan pengikutnya.

Makna ini di riwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata;

'Tidaklah Allah menyebut hawa nafsu di dalam kitabNya kecuali mencelanya'

Oleh yang demikian, semua ini sudah jelas bahawa Pembuat syariat itu bertujuan untuk mengeluarkan atau membebaskan manusia dari hawa nafsu.



Astaghfirullah al Azim. Tawakkal alallah.








Saturday, October 8, 2011

Siapa Kita?

Sudah pun bertahun mungkin, lamanya kita di jalan dakwah.

Sejak pertama kali, hembusan syahdu tarbiyyah itu menusuk menembusi naluri diri. Kita tidak akan pernah lupa saat itu.

Kerna padanya ada cahaya yang menyuluh jalan kita, memberikan harapan pada kita untuk menyahut tawaran Syurga Allah kepada mereka yang sedia berjuang dan berjihad di atas jalanNya.

Ada ketikanya kita sendiri merasakan bahwa, itulah titik tolak perubahan kita. Disaat itulah rasanya hidayah Allah itu datang menyapa. 

Alhamdulillah, Allah..yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati-hati kami untuk terus tsabat atas jalan ini.

Namun, barangkali kita sendiri tidak menyedari, naik bangunnya daie atas landasan panjang ini begitu sinonim dengan anugerah hidayah Allah kepada diri sendiri.

Tidak pernah mustahil, untuk mereka yang pernah hebat dalam arena dakwah ini akhirnya kecundang di tengah jalan.

Tidak mustahil juga, mereka yang dahulunya sedar dalam memikul peranan seorang hamba Allah, akhirnya mengangkat semula dunia ini menjadi tuan, mengagungkan jahiliyyah pada segenap isi kehidupan. Itu semua tidak mustahil, malah benar belaka.

Apa yang kita rasa? Sedih? Gerun?

Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, maka tiada siapa yang dapat menyesatkannnya.
Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tiada siapa yang dapat memberikan petunjuk kepada dirinya.

Segala-galanya terletak pada Allah. Kerna hidayah itu bukanlah urusan kita.

Namun,untuk kita menjadi golongan yang tsabat dan istiqamah, permulaan yang betul itu perlu disertakan bersama niat dan keikhlasan yang haq.

Ikhlas disini, apabila kita menuju jalan ini kepada Allah semata-mata. Tiada yang lain yang menjadi matlamat dan tujuan pencapaian kita.

Bukan kerana pangkat dan kemasyuran. Bukan kerana kebanggaan bahwa kita akan menjadi figure yang dihormati, ditaati, dikenali ramai orang disekeliling ini. Bukan pula kerana harta dan kekayaan. Bukan kerana kita membawa mad'u kepada diri sendiri, tapi kita membawa mereka kepada Allah swt.

Golongan yang ikhlas adalah pejuang fikrah dan aqidah, bukan memperjuangkan matlamat dan kepentingan peribadi - IHAB

Maka dari situlah kita membina niat dan tujuan yang betul.

Kita yang seharusnya memahami benar hakikat jalan dakwah ini. Faham dan benar-benar tahu bahwa kita bakal berjalan pada landasan yang bukan untuk suka-suka.

Sedangkan sudah tersedia hidang segala bentuk ujian yang getir untuk dihadapi. Syurga Allah itu mahal harganya, maka kita yang ingin memilikinya sewajarnya mampu membayar dengan harga yang setimpal untuknya. Tiadalah erti jalan dakwah ini tanpa episod-episod sukar dan duka.

Kerana itu, hanya mereka yang kental akan berjuang hingga ke akhirnya. Hanya mereka yang terpilih akan teguh bersama-sama. Dan setiap ujian itu adalah penilaian dalam memprestasi hamba-hambaNya, agar yang terpilih untuk jalan dakwah ini adalah mereka yang benar-benar menjadi pilihan Allah swt.

Allah subhanahu wataala memberi rezeki kepada semua hambanya, tetapi Allah tidak memberi  agama  ini (untuk diperjuangkan) kepada sesiapa yang tidak dicintai-Nya - Syeikh Jum'ah Amin.

Bila kita melihat pada mad'u, yang dahulunya bersama kita, namun akhirnya pergi menjauhi. Hingga kita merasai kesedihan teramat. Malah, bila melihat adik-adik kita semakin jauh, semakin rancak hidup bersama buaian dan ayunan dunia yang berterusan, kita akan lagi tersungkur jatuh, pilu rasa hati mengenangkannya. Pada bibit-bibit bicara kita mula melahirkan rasa benci pada mereka, rasa putus asa dan tidak lagi meletakkan sedikitpun harapan pada perubahan mereka.

Ya, itu punca kita yang tidak memahami apa peranan kita. Siapakah kita sebenarnya untuk mereka.

Peranan kita adalah untuk menyampaikan. Itu sudah cukup. Memang benar, rasa sedih dan kecewa itu lahir kerana kasih sayang kita pada mad'u, namun cukuplah untuk kita meletakkan segala ketentuan pada Allah swt. Kita ini hanya penyampai, cukuplah Allah yang menguruskan segala urusan yang lain.

Tidak usahlah sedih dan kecewa, kerana perasaan itu hanya meletakkan rasa tidak redha kita terhadap ujian Allah, dan menyebabkan Allah juga tidak redha kepada kita.


Sesungguhnya besarnya ganjaran itu dinilai pada besarnya bala yang menimpa. Dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberikan dugaan. Oleh sebab itu, barangsiapa yang redha dengan ujian yang menimpanya, maka dia beroleh keredhaan Allah. Dan barangsiapa yang tidak, maka padanya kemurkaan Allah

[Daripada Anas Bin Malik, HR at-Tirmidzi, Hasan oleh Al-Albani]


Astaghfirullah.

Allah berfirman dalam ayatnya  Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu”. (Yunus : 108)



Ahmad Ramdan Zainordin
8 Oktober 2011, 10.08am
Volgograd, Russia.





Sunday, September 25, 2011

Ukhuwwah Yang Abadi

Rasulullah s.a.w sangat memberikan perhatian yang tinggi ke atas cinta dan ukhuwwah.

Ketika kaum Muslimin menderita kekalahan dalam perang Uhud, meskipun sempat memenangkan perang sebelumnya, kaum Muslimin kehilangan 70 parajuritnya.

Di antaranya adalah Hamzah, paman sekaligus saudara sesusu Rasulullah s.a.w. Di samping korban luka parah dan lainya, kekalahan itu disebabkan ketidakpatuhan mereka terhadap perintah Rasulullah s.a.w. Rasulullah yang ketika itu berusia 57 tahun, menderita luka pada bahagian paha dan kepalanya. Semuanya merasakan kepedihan dan keletihan teramat, serta luka yang mendalam....

Dalam kondisi yang sukar ini, kaum Muslimin harus menggali perkuburan untuk memakamkan para syuhada yang gugur. Rasulullah s.a.w memerintahkan para sahabat agar menguburkan 2 syuhada dalam satu liang lahad. Mereka melakukannya meskipun teramat dalam luka yang mereka rasakan kerna kehilangan 70 para sahabat yang syahid.

Ketika pemakaman berlangsung, para sahabat dikejutkan dengan arahan daripada Rasulullah s.a.w yang meminta supaya mereka berhenti.

"Mengapa harus kita berhenti, ya Rasulullah? Kami hendak menyelesaikannya. Kami sangat letih dan hendak beristirehat di rumah" protes sahabat.

"Carilah Amr Bin Jamuh dan Abdullah Bin Harram dalam antara sahabat yang gugur" perintah Rasulullah.

"Mengapa ya Rasulullah?" Sabahat bertanya.

Rasulullah menjawab, "Kebumikan mereka dalam satu liang. Mereka adalah 2 sahabat yang saling mencintai selama mereka di dunia". (HR Ibnu Sa'd dalam Thabaqat al-Qubra, rujuk 3/106).

Selawat ke atas mu ya Rasulullah s.a.w. Baginda yang memahami betul bahawa jiwa yang telah saling kenal, dan hati yang telah lebur dalam taat dan cinta kepada Allah, tidak dapat dipisahkan meskipun oleh sebuah kematian. Kelak kedua sahabat yang saling mencintai itu akan dibangkitkan bersama dari liang lahad yang sama.





Ahmad Ramdan Zainordin
25 Sept 2011 9.38am
Volgograd, Russia.


Saturday, September 17, 2011

Bertaubatlah Wahai Pemuda Pemudi


'Taubat adalah kesempatan yang mulia, di mana seseorang boleh memperbaharui jiwanya dan mengembalikannya dari himpitan dosa serta kesalahan. Sehingga ia menjelma menjadi manusia yang berfikir kembali tentang keampunan dan kerelaan. Ketika seorang manusia kehilangan rasa kemanusiaannya, maka hidup akan berubah menjadi azab, ketakutan dan kegelisahan' - Prof. Fathi Yakan.

"Dan orang-orang yang tidak menyembah Ilah lain bersama Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (untuk membunuhnya), kecuali dengan alasan yang dibenarkan serta tidak berzina. Adapun bagi siapa yang melakukan perkara itu , nescaya ia akan mendapat balasan atas dosa yang telah dikerjakannya. Yakni, akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan akan kekal dalam azab tersebut , dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal soleh, maka kejahatan yang telah mereka lakukan akan diganti oleh Allah dengan kebajikan. Allah adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" - Al-Furqan:68-70

Dalam Fii Zilalil Quran termaktub penafsiran mengenai ayat ini, yang menyatakan, bahwa Allah s.w.t sentiasa membukakan pintu taubat bagi para hambaNya yang ingin selamat dari azab yang buruk. Kesemuanya itu dapat dilakukan dengan cara bertaubat, memperbaiki iman dan beramal soleh.



Ingatlah, pintu taubat itu sentiasa terbuka dan dapat dimasuki oleh setiap orang yang terjaga mata hatinya serta menginginkan untuk kembali kepada Allah.

Orang yang memiliki keinginan tidak akan mudah berpaling. Mereka tidak akan ada rasa gelisah.

Kerana, cahaya petunjuk Allah untuk mereka mencari perlindungan kepadaNya, maka walau apa jua keadaan dan dosa apa jua pun yang diperbuat, dia tetap berada pada jalan yang benar untuk meraih keampunan Allah.

Adapun demikian, kita harus menjadi hamba yang bersungguh-sungguh untuk uzlah ini.

Acuh tak acuh bukanlah satu prinsip taubat yang menjelmakan nakhoda istiqamah untuk memimpin diri kita.

1. Bangunlah di waktu malam gelap gelita, wahai orang yang menyerahkan diri, yakni di kala kebanyakan manusia itu sedang lena tertidur.

2. Bangun dan serulah Rabbmu yang menciptakan gelapnya malam. Juga pada waktu diserukan untuk bergegas menunaikan solat Subuh dari kumandang suara azan.

3. Mohonlah keampunan kepada Allah Yang Maha Besar dengan segenap jiwa dan carilah redhaNya, kerana Dia sama sekali bukanlah pendendam.

4. Sesalilah apa yang telah engkau buat dan tinggalkanlah apa yang telah terjadi untuk kamu melalui hari esok yang lebih baik.

5. Rendahkanlah dirimu dan katakanlah 'Ya Rabb, aku memohon keampunanMu, sesungguhnya aku tanpa maafMu tiada memiliki apa-apa yang menolongku.

6. Alangkah menyedihkan, jika umurku aku sia-siakan dengan pelbagai perbuatan dosa, sementara Engkau mengawasiku dari atasku.

7. Ya Rabb, aku tidak terfikir akan menerima kepahitan akibat tergelincir, sedangkan asalnya dilihat bagus.

8. Ya Rabb, sungguh berat bagiku dosa-dosa besar di depan mataku yang masih berlalu lalang.

9. Ya Rabb, tiada tempat untuk berlindung, kecuali kasih sayang Mu, Semoga aku tidak diusir dari perlindungan Mu.

10. Ya Rabb, berilah aku rahsia taubat, di mana aku dapat membayar hutang-hutangku kepadaMu. Sungguh, keagunganMu sebagai saksi atas perkara tersebut.

11. Engkau Maha Tahu tentang keadaan hambaMu. Sesungguhnya aku sedang dibelenggu oleh rantai yang sangat berat.

12. Engkau Maha Mengabulkan setiap doa permintaan hambaMu, Engkaulah Yang Maha Pemberi Balasan bagi setiap hamba yang memohon pertolongan.

13. Dari laut mana selain lautMu yang kami minum, dan ke pintu mana selain pintuMu yang kami ketuk.

Dalam hadith riwayat Muslim, Rasulullah saw bersabda:

'Allah lebih senang dengan taubat hamba, ketika hamba bertaubat kepadaNya, daripada kegembiraan salah seorang di antara kamu jika ia berada di atas untanya di padang pasir, kemudian untanya itu meninggalkannya sedangkan diatasnya terdapat makanan dan minuman yang menjadi bekal baginya. Lalu dia merasa berputus asa untuk mendapatkan kembali untanya. Kemudian dia mendatangi sebatang pohon dan baring dibawah bayangannya. Sungguh dia telah berputus asa untuk mendapatkan kembali untanya. Ketika dia berada dalam keadaan begitu, tiba-tiba untanya berdiri disampingnya. Dia pun memegang tali untanya. Kemudian dia berkata dengan gembiranya : 'Ya Allah! Engkaulah hambaku dan akulah Rabb-Mu. Dia tersalah mengucapkan kerana terlalu gembira'

Lihatlah, sungguh Allah itu menerima taubat setiap hambaNya dan betapa Allah sentiasa gembira menerima kepulangan hamba-hambaNya yang bertaubat, malah lebih gembira daripada orang yang kehilangan untanya dan menjumpainya semula.

Teguhlah istiqamah dalam taubat kita.

Semoga kita dapat meningkatkan darjat taubat kita, dari darjat taubat seorang hamba kepada darjat taubat golongan yang bertaqwa. InshaAllah.


Ahmad Ramdan Zainordin
17 September 2011 930pm
Volgograd, Russia.

Monday, August 29, 2011

Eidulfitri; Say NO to Jahiliyyah!



Masa berlalu pergi. Silih berganti Ramadhan meninggalkan kita. Bukan mudah untuk kita menjadi manusia yang mampu menilik ke jendela masa hadapan. Kerna terlalu jauh untuk kita menyapa apa yang bakal ada. Sama ada masih ada lagikah Ramadhan untuk kita. Huuu~

Sungguh sebenarnya, dalam hidup ini sentiasa ada suatu ketika yang mana Allah berikan kita peluang untuk berubah, memperbaik diri. Kita ada bulan semulia Ramadhan. Segala amal dilipatgandakan nilainya. Allah kurniakan kita pula Syawal. Sebagai hari kemenangan, sebagai hari untuk kita menanam azam dan menggilap niat yang dahulu telah kusam dan kabur.

Namun mungkin tidak semua umat manusia ini mampu mengambilnya dan menilai hari-hari ini.

Apatah lagi menjadikan kurniaan Allah ini sebagai turning point untuk kita sentiasa perbaharui matlamat hidup. Menjadikan hidup ini berhalakan Robb satu-satunya.

Cukup terpegun, kadang-kala melihat kegigihan umat Islam di negara minoritinya kita seperti di Rusia ini.

Sehingga khutbah Jumaat itu menjadi sidang mereka membakar semangat-semangat yang lesu. Terasa dari bara mereka jadikannya api yang menyala!

Cukup tersentuh apabila Mufti sendiri mengajak umat manusia beralih dari jahiliyyah dalam kehidupan mereka kepada cahaya Islam yang benar.

Katanya, di Eidulfitri nanti, hadiahkanlah anak-anak kecil kita dengan kegembiraan, dengan hadiah-hadiah yang membawa rasa gembira pada mereka. Kita ingin anak-anak kita tahu, bahawa ini adalah perayaan kita. Hari kita menyambut kemenangan kita. Kita ingin generasi kita tahu, bahwa sambutan Tahun Baru itu bukan budaya agama kita. Bukan sama sekali. Kiranya dahulu kita jahil, sekarang kita keluarlah dari kejahilan ini. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat.

Tersingkap bayangan dalam fikiran ini, betapa sukarnya hidup muslim disini. Kiranya ingin mendidik anak mengenal agama perlu dengan kesungguhan yang utuh dan jitu. Keazaman yang tidak pernah luntur. Ya, perkara yang sama perlu kita jadikan cerminan diri. Untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat di tanah air kita sendiri.

Kita yang serba lengkap. Dengan pelbagai persiapan yang semestinya lebih daripada mencukupi. Dengan baju-baju dan juadah yang mana kita nikmati hingga akhirnya kita menjadi bosan padanya.

Alangkah ruginya, kalau kita tidak pernah berada pada erti penderitaan.

Di Syawal yang bakal berkunjung tiba ini, semoga Allah jadikan kita hamba-hamba yang bersyukur.

Ingatlah, letakkan sifat ihsan dalam segenap amal perbuatan kita. Nak bercakap perlukan ihsan, nak makan minum pun perlu ada ihsan, nak berpakaian pun perlu ada ihsan. Apatah lagi nak beramal ibadat untuk taqarrub kepada Allah, maka perlu lagi ihsannya.

Ihsan, apabila kita meletakkan Allah pada segenap tindakan kita. Seakan-akan kita sedang melihatNya. Sekiranya kita tidak melihat Allah, sesungguhnya Allah sedang melihat kita.




Eidulfitri kali ini, menjadikan ia kali ke-6 dan terakhir di perantauan. Semoga Allah pertemukan kita dengan Ramadhan lagi. Insha-Allah.

Salam Eidulfitri daripada saya dan isteri buat mereka yang mengenali dan seluruh muslimin muslimat.


Ahmad Ramdan Zainordin
29 Ogos 2011, 252pm
Volgograd, Russia.




Saturday, August 27, 2011

Dakwah Ini Suci

Dalam dakwah ini, tiada apa yang kita sumbangkan sebenarnya.

Malah tidak pernah kita merasakan yang kita punyai apa-apa kelebihan.

Sebaliknya, kita hanya yakin pada apa yang Allah firmankan:



"Mereka berasa berjasa kepadamu dengan keIslaman mereka. Katakanlah,
"Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keIslamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar"

Al-Hujurat:17

Allah itu adalah segala-galanya dalam urusan dakwah ini.

Andai kita tiada ihsan dalam hati, maka tiadalah Allah yang akan turut bersama menemani.

Betapa kita mengharapkan agar hati-hati ini boleh ditunjukkan kepada seluruh umat ini supaya mereka boleh melihat bahawa apa yang ada di dalam hati-hati ini hanyalah rasa kasih sayang kepada mereka, rasa simpati dan kesediaan untuk berkorban demi kepentingan mereka.

Namun,

Segalanya kita harus sedari.

Harus kita yakini bahawa hanya Allah mengetahui segala hakikat ini.

Hanya Allah tempat harapan atas segala bantuan dan pertolongan.

"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah tempat kami memohon pertolongan"

Al-Fatihah:5

Hanya Allah sahaja yang memimpin kita ke jalan yang betul.

Hanya di tanganNya sahaja segala kunci hati manusia.

Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, maka tiada siapa yang dapat menyesatkannya.

Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tiada siapa yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.

Dialah tempat pergantungan. Sebaik-baik tempat bergantung.

....

Dakwah ini adalah untuk semua.

Kita ingin jelaskan impian dan aspirasi kita kepada seluruh umat manusia.

Kita mahu perjelaskan manhaj kita kepada seluruh mereka.

Kita mahu bentangkan dakwah ini tanpa berselindung atau berlapik.

Dakwah ini lebih cerah secerah sinar mentari, seterang sinar fajar, sejelas siang hari.

....

Dakwah ini adalah suci.

Kita tolak segala kepentingan diri, keuntungan duniawi.

Dakwah ini bukanlah atas kerana pangkat dan darjat.

Bukan atas dasar aku disini dan engkau pula disana.

Kita tidak meminta apa-apa balasan.

Apatahlagi pujian, kedudukan dan ganjaran.

Ganjaran bagi segala usaha kita ini hanya terserah kepada Tuhan yang menciptakan.


Ahmad Ramdan Zainordin
27 Ogos 2011, 10.30am
Volgograd, Russia.

Wednesday, August 24, 2011

Our Khalifatullah

Secebis doa yang tidak pernah, dan tidak akan pernah saya lupa dari melafazkannya.


"And those who say, "Our Lord, grant us from among our wives and offspring comfort
to our eyes and make us an example for the righteous"
Furqan:74


Kehidupan ini sungguh adalah sebuah aturan.

Allah mengatur segalanya dengan begitu indah dan sempurna.

Ya Rabb, sungguh Dia amat dekat.

Teramat dekat bersama hamba-hambaNya yang begitu ingin berada disampingNya.

Kesekian kali kita berdoa.

Ingatlah, tiada yang memakbulkan melainkan Allah.

Allah itu Maha Mendengar. Sungguh Dia Maha Mengetahui.


Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.

Semoga Allah mengurniakan rahmat kepada penyejuk mataku.

Rahmat Allah buatmu, Isteriku dan kandungannya, bakal khalifatullah kami.

InshaAllah.

Life is indeed beautiful with the surprises that Allah has planned.



Ahmad Ramdan Zainordin
24 Ogos 2011, 9.57pm
Volgograd,Russia.

Thursday, August 11, 2011

Amal Buah Iman

'Seorang Muslim adalah PELAJAR yang mempelajari agama, PELAKSANA yang mengamalkannya, sekaligus TENTERA yang berjihad. Seorang muslim tidak sempurna keislamannya kecuali memiliki ketiga-tiga kriteria tersebut secara utuh' - IHAB

Kata-kata tidak langsung menggambarkan amal. Kerna semua orang juga boleh berkata-kata.

Orang yang beramal tidak akan pernah sama dengan orang yang hanya tahu berkata-kata.

Malah lebih membinasakan, jangan kita menjadi orang yang berkata-kata, disampingnya bersama tundingan terhadap kesalahan orang lain pula.

Dalam sebuah hadith riwayat Muslim daripada Abu Hurairah r.a.:

'Jika ada seseorang berkata: Orang sekarang ni sudah rosak, maka orang yang berkata itu sendiri yang paling rosak di antara mereka'.

Umat menjadi mundur bersama kemerosotan moral dek kerana kita tidak tahu di mana peranan yang perlu dibawa. Di mana amal yang muntij yang membawa kesan yang nyata.

Boleh sahaja kita hangat dalam berkata-kata, tetapi jangan akhirnya menjadi sama sahaja seperti munafiqun yang lari dari medan jihad mereka.

Ada baiknya kita perbaharui iman dan akhlaq kita.

Menjadi muslim yang bersama lingkungan orang-orang yang beramal soleh.

Inshaallah.



Ahmad Ramdan Zainordin
20 Ogos 2011, 11:08am
Volgograd, Russia.

Saturday, July 30, 2011

Sungguh, Dan Bersungguhlah!

Cuti musim panas dah tiba!

Bro, cuti ni buat apa? Ada plan nak pergi mana-mana ke?

Jawapan 1 : Ermm, cuti kali ni banyak dalam bulan puasa laa..nak rehat-rehat je la kat rumah.

Jawapan 2 : Hohoho! cuti kali ni diriku amat sibuk. Ada praktikal kat hospital laa..

Jawapan 3 : Ermmmm......entah!?

Begitulah hendaknya. Satu soalan dengan variasi jawapan yang sungguh pelbagai.

Itu biasalah. Dalam hidup ini pun kita sebenarnya masih jauh, walaupun dalam mencari neraca pertimbangan hidup, apatahlagi untuk mula menimbangnya!

Saban kali kita mengakui, bahwa jalan ini adalah jalan ku. Jalan ini adalah jalan yang Allah beri untuk aku, dan kader-kaderNya. Jalan inilah jalan yang satu. Jalan juang para anbiya' terdahulu, hingga ke junjungan kalbu Rasulullah s.a.w. Dan atas jalan inilah di hari lalu dan seterusnya, akan menjadi saksi kesyahidan aku, atas jihad dan pengorbanan yang sanggup aku perjuangkan demi dakwah ini.. Dan akhirnya...

Oops!!

Sesudah sampai Malaysia, aku nak berehat boleh!? Dah penat bangat rasanya aku berkorban masa dan jiwa raga bila mana aku kat Rusia dulu. Setiap minggu pergi usrah, daurah itu dan ini, jaulah sana sini. Rehlah lagi..Apa lagi? Semua aku buat... Ini masanya aku berehat. Yeeha!

Bulan puasa pulak tuu..nak tolong mak masak!

Bukan ingin menuding pada kesalahan sesiapa. Tetapi setiap diri kita yang perlu muhasabah semula. Luruskan niat, tetapkan prioriti di mana.

MENGAKU BERIMAN, SEDANGKAN TIDAK...

Sedangkan orang Arab Badwi dahulu pernah mengakui mereka beriman, sedangkan mereka hanyalah golongan Muslim, tetapi bukanlah Mukmin. Kerna disitu, ada bezanya.

"Orang-orang Badwi berkata, "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah "Kami telah tunduk (Islam)", kerana iman belum masuk ke dalam HATImu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan RasulNya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang" (49:14)

Belum pasti lagi untuk kita mengakui, bahwa kita ini kader-kader yang sebenarnya sanggup dalam perjuangan, yang menuntun rasa ikhlas hati, yang membuahkan amal kerja daripada ilmu dan keikhlasan, yang sanggup untuk berjihad hingga ke hari Qiyamat.

Dan apatahlagi untuk tadhhiyah (berkorban) dan menelusuri turutan rukun baiah ini...

Kita boleh mengakuinya, tetapi hanya Allah yang tahu dimana kita, dan apa dihati kita.

Kerna itu, seseorang perlulah disumbat dengan kefahaman yang tinggi terhadap segala isi jalan dakwah ini.

Ya, faham itu asasnya. Faham itulah kunci utama pada permulaan ini.

Orang yang tidak faham akan sentiasa dalam keawangan. Mereka seakan pencari sesuatu yang tidak pasti.

Dan akhirnya tidak langsung menyumbang dan membantu dakwah ini, malah hanya merusakkan.

Maka dari sinilah lahirnya semangat dan gerak kerja yang berlopak sopak. Tatkala senang kita lupa, perjuangan ini jadi macam biskut - sekejap ada, sekejap tiada.

KITA YANG MUDAH LUPA DENGAN NIKMAT...

Katakanlah, "Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khuwatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal kamu yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya". Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasik. (9:24)

Hanya mereka yang bersungguh atas kefahaman dan matlamat yang jelas, maka dia akan tetap bersungguh.

Jalan dakwah ini tidak langsung memerlukan mereka yang acuh-tak-acuh.

Sekiranya Allah berkehendak, maka akan dipilihNya mereka yang lebih layak untuk menjulang agamaNya ini hingga kemuncaknya.


SYURGA YANG MAHAL, UNTUK DAGANGAN YANG MAHAL

"Dan adapun orang yang takut terhadap kebesaran Tuhannya dan menahan diri daripada hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga itulah tempat tinggalnya (an-Naziat:40-41).

Fathi Yakan menulis, sesungguhnya kemuliaan perjuangan Islam tidak berhak dimiliki oleh mereka yang hanya fasih berbicara. Tetapi sesungguhnya kemuliaan itu hanya berhak dimiliki oleh mereka yang hidup dan matinya untuk Islam serta tidak terlena oleh harta benda dan yang lain dari ingat kepada Allah dan jihad fisabilillah.

Firman Allah dalam sura at-Taubah:111;

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan (memberi) syurga kepada mereka.....

Wahai ikhwan, sesungguhnya jalan menuju Allah itu sangat mahal harganya.Tiada siapa yang mampu memperoleh, kecuali yang mampu membayarnya.

Sabda Rasulullah s.a.w, dalam sebuah hadith riyawat Tirmidzi dan Hakim;

"Barangsiapa yang takut terhadap serangan musuh di malam hari, maka dia akan sanggup berjalan semalam suntuk. Dan barangsiapa berjalan semalam suntuk, maka sampailah dia pada tujuannya. Ingatlah, sesungguhnya dagangan Allah itu sangat mahal. Ingatlah, sesungguhnya dagangan Allah itu adalah syurga"

Demikianlah jalan menuju syurga.

Jalan itu adalah sebuah perjuangan berkesinambungan, jihad tanpa henti dan obsesi untuk meraih kesyahidan.

Jadilah kita orang yang bersungguh.

"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh pada jalan Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebajikan (al-Ankabut:69)


Ramadhan Kareem.


Ahmad Ramdan Zainordin
31 Julai 2011, 12:26pm
Volgograd, Rusia.